Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, jangan lupa untuk meninggalkan jejak ya dengan memberi comment pada postingan saya.

Membuka Relung Hati dan Mengkritisi Sekitas Kita


Membuka Relung Hati

Beragam cara ditempuh oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Cara tersebut ada yang melalui jalan merenung atau ber-tafakkur atau berżikir. Ada pula seseorang menjadi dekat dengan Allah SWT. yang disebabkan oleh musibah yang menimpanya. Demikianlah Allah SWT. membuka cara atau jalan bagi manusia yang ingin dekat dengan- Nya. Sebagai orang yang beriman, tentu saja kita harus mampu menempuh cara apa pun agar dekat dengan Allah SWT.
Kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya tentu saja akan mengantarkannya mendapatkan berbagai fasilitas hidup, yaitu kesenangan dan kenikmatan yang tiada tara. Bukankah seorang anak yang dekat dengan orang tuanya atau seorang pegawai bawahan dengan atasannya akan memberikan peluang atas segala kemudahan yang akan dicapainya. Jalan lain untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. adalah melalui żikir. Żikir artinya mengingat Allah SWT. dengan menyebut dan memuji nama-Nya.
Syarat yang sangat fundamental yang diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui żikir adalah kemampuan dalam menguasai nafsu, selanjutnya bila menyebut nama Allah SWT. (al-Asmā’u al-Ḥusnā) berulang-ulang di dalam hati akan menghadirkan rasa rendah hati (tawaḍḍu’) yang disertai dengan rasa takut karena merasakan keagungan-Nya. Żikir dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Berżikir tidak perlu menghitung berapa jumlah bilangan yang harus diżikirkan, namun yang penting adalah żikir harus benar-benar menghujam di dalam kalbu.
Selain melalui żikir, mendekatkan diri kepada Allah SWT. dapat pula dilakukan melalui perbuatan atau amaliah sehari-hari, yaitu dengan selalu meniatkan bahwa yang kita lakukan semata-mata hanya karena taat mematuhi aturan main- Nya. Misalnya, kita berbuat baik kepada tetangga bukan karena tetangga baik kepada kita, tetapi semata-mata karena Allah SWT. menyuruh kita untuk berbuat baik. Kita bersedekah bukan karena kasihan, tetapi semata-mata karena Allah SWT. memerintahkan kita untuk mengeluarkan sedekah membantu meringankan beban orang yang sedang mengalami kesulitan. Hal ini seharusnya dapat kita lakukan karena pada waktu kecil kita patuh melaksanakan perintah dan nasihat Sumber: Dok. Kemendikbud
Para peserta didik tengah khusyu’ berdzikir. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 3 orang tua, bukan? Mengapa sekarang kita tidak patuh pada perintah-perintah Allah SWT? Jika śalat dapat kita kerjakan karena semata-mata taat mematuhi perintah Allah SWT., maka rasanya mustahil apabila kita tidak dapat bersikap demikian pada perbuatan-perbuatan lainnya. Kamu tentu pernah mengalami sakit atau musibah baik ringan atau berat. Ceritakan pengalamanmu. Bagaimana cara kamu menyikapi kehadiran Allah SWT. saat terkena musibah? Apakah Allah SWT. akan hadir dengan pertolongan-Nya, ataukah Allah akan membiarkanmu dalam kesusahan?

Mengkritisi Sekitar Kita

Manusia adalah makhluk yang sering lupa dan sering berbuat kesalahan. “Al- Insanu mahallul khaā wa an-nisyan.” Demikian sebuah ungkapan dalam bahasaArab yang artinya, “manusia itu tempatnya salah dan lupa.” Dalam sebuahhadisnya, Rasulullah saw. bersabda, “Kullu Bani Adama khathaun wa khairul khathaina at-taibμna.” (Setiap keturunan Adam as. pasti melakukan kesalahan, dan orang yang baik adalah yang kembali dari kesalahan/dosa).Berdasarkan ungkapan dan hadis di atas, manusia memiliki sifat dan karakteryaitu sering berbuat kesalahan dan lupa. Artinya, tidak ada seorang pun yangterbebas dari kesalahan dan lupa. Namun demikian, tidaklah benar jika dikatakanbahwa tidak mengapa seseorang melakukan kesalahan dengan dalih bahwa haltersebut merupakan sifat manusia.
Sebagai seorang yang beriman, kita dituntut untuk selalu melakukan refleksidan perenungan terhadap apa yang telah kita perbuat. Ketika seseorang terlanjur melakukan kesalahan, bersegeralah untuk kembali ke jalan yang benar dengan bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Demikian pula dengan sifat lupa, kadang menjadi sebuah nikmat dan juga bencana. Lupa dapat menjadi nikmat manakala seseorang terlupa dengan kejadian sedih yang pernah menimpanya. Dapat dibayangkan, betapa sengsaranya jika seseorang tidak dapat melupakan kisah sedih yang pernah dialaminya. Lupa juga dapat menjadi bencana, yaitu ketika 4 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK dengan lupa tersebut mengakibatkan kecerobohan dan kerusakan. Banyak di antara manusia karena lupa melakukan sesuatu mengakibatkan manusia tersebut akan melakukan kesalahan yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.

Share :

0 comments:

Post a Comment

loading...

Advertising

 
close